Ini Kisah Perjalanan Hidupku. Tepat pada bulan juli tahun 2004 ibuku melahirkan, tapi sayang Aku tidak bisa melihat proses persalinannya. Ibuku melahirkan di kampung halaman kami di Kabupaten Ciamis, sedangkan Aku sendiri harus tinggal dengan Ayahku di Bekasi. Perpisahan kami bukan karena ayah dan Ibu bercerai, tapi karena kesulitan ekonomi keluarga kami, jadi untuk meringankan beban sekolah kedua Adik perempuanku yang sudah duduk dibangku sekolah SMP dan SMA harus disekolahkan di Ciamis, dengan alasan biayanya yang cukup murah.
Begitu senang hatiku ketika mendengar bahwa Ibu melahirkan bayi kembar dan berjenis kelamin perempuan. ya Tuhan, berarti sekarang Aku mempunyai empat adik perempuan, dan hanya Akulah anak laki-laki satu-satunya di keluarga kami. Walaupun begitu Aku harus tetap senang karena telah mempunyai dua adik kembar yang begitu lucu. Karna tak sabar ingin melihat adik kembarku kadang saat ingin pulang sekolah Aku bekerja sebagai penjaga rental playstation, dan hasil uangnya untuk biaya ongkos ke Ciamis, namun niat ingin ke Ciamis tak pernah kesampaian karena hasil dari menjaga rental playstation sangat kecil, hasilnya hanya cukup buat jajan sekolah saja. Terakhir aku mendengar kalau sepasang adik kembarku di beri nama Mela Selvira dan Meli Selvira. Entah siapa yang memberi nama itu yang pasti Aku juga suka dengan nama itu.
Masalah Baru Datang Lagi
Berkat kelahiran adik kembarku kini Aku jadi bersemangat untuk sekolah, hari-hariku selalu ceria karena terus memikirkan adikku yang lucu. Tapi semangat itu tidak bertahan lama, pihak sekolah memanggilku ke kantor kepala sekolah dan menanyakan masalah pembayaran iuran SPP dan uang lainnya, jika Aku tak bisa membayar otomatis Aku tidak akan mengikuti Uji semester nanti. Aku pun memberitahukan kabar itu pada Ayah, namun mendengar kabar dariku mimik wajah Ayah seperti memelas sambil berkata “Ayah belum punya uang untuk biaya spp kamu, karena Adik-adik kamu di Ciamis juga membutuhkan uang kiriman dari Ayah”. Mendengar jawaban itu, niat untuk sekolah pun mulai pupus, aku mulai berpikir untuk berhenti sekolah agar bisa meringankan beban Ayah. Di dalam kebingungan Aku hanya bisa menangis dan berdoa “Ya Allah, Hamba adalah anak pertama dan anak laki-laki satu-satunya dari keluarga kami. Jika bukan Aku yang mengangkat derajat keluarga kami, siapa lagi ya Allah?” setelah cukup lama menangis akhirnya Aku tertidur.
Pagi telah datang dan matahari telah menampakkan sinarnya. Sinar matahari yang masuk lewat celah-celah jendelaku membuat Aku terbangun, Aku terperanjat! setelah ku lihat jam sudah menunjukkan pukul 06.30 pagi. Aku bergegas ke kamar mandi dan menyiapkan buku-buku sekolah, kulihat Ayah sudah pergi untuk bekerja, aku pun berangkat sekolah tanpa sarapan, namun naas bagiku Ayah tak meninggalkan ongkos untukku sepeserpun, pikirku mungkin Ayah lupa. namun Aku tak kehilangan akal, Aku menumpang dengan temanku yang memiliki kendaraan motor. Akhirnya Aku bisa sampai disekolah walaupun agak telat, belum tiba di ruang kelas tiba-tiba wali kelas memanggilku untuk bertemu kepala sekolah di kantornya. Mendengar Aku di panggil kepala sekolah Aku hanya bisa pasrah “Ya Allah, apakah pak kepala sekolah mau menagih iuran sekolahku lagi” cemas aku dalam hati. Jika Aku dikeluarkan dari sekolah bagaimana Aku bisa menjelaskan pada Ibu? karena Ibu sangat berharap sekali Aku menjadi orang sukses. Aku mencoba tegar tapi hatiku menangis sejadi-jadinya, hanya tampak wajah sedih dan layu yang ku perlihatkan.
Sampai di ruang kepala sekolah Aku langsung di persilahkan duduk. Dengan rasa gemetar dan pikiran yang selalu diselimuti dengan berjuta rasa ketakutan, Aku pun duduk tepat di depan meja kepala sekolah. pak kepala sekolah memulai pembicaraan.
“Iskandar?” tanya kepala sekolah
“iya pak” Aku dengan nada gugup
“Gimana, sudah ada belum uang untuk melunasi SPP kamu?” tanya lagi kepala sekolah. dan seperti yang Aku pikirkan kalau kepsek akan menagih uang iuran itu, dan Aku hanya bisa menjawab dengan sedikit sesak di dada “Pak, maafkan Saya, sekarang saya belum bisa melunasi uang iuran sekolah, karna Adik-adik Saya juga membutuhkan uang kiriman dari Bapak Saya, tapi Saya mohon pak, jangan keluarkan Saya dari sekolah, Saya masih ingin sekolah pak” tak terasa air mataku menetes. Mendengar jawaban Saya, pak kepala sekolah hanya tersenyum dan berkata “Siapa yang mau mengeluarkan kamu dari sekolah? Saya hanya ingin memberitahukan bahwa kamu mendapatkan beasiswa dari salah satu Bank Swasta di Jakarta” Pak kepala sekolah sambil mengelus-elus kepalaku. Mendengar itu Aku langsung memeluk kepala sekolah dan berterima kasih sebesar-besarnya. Air mataku pun tak bisa Aku tahan lagi. Beberapa guru yang melihat kejadian itu ikut tersenyum dan ada juga yang kulihat meneteskan air mata. Ya, ini berkat doa Ibuku dan semuanya agar Aku bisa menjadi orang yang sukses dan bisa membahagiakan semua keluargaku.
Terima kasih Allah, Terima kasih Rasul, Terima kasih Ibu, Ayah, Adik-adiku, dan teman-temanku. Aku telah menceritakan tentang Ayah di kisah Cerita Sedih Tentang Perjuangan Ayah
adiknya cantik"