Saat warga miskin antri mendapatkan bantuan Langsung Sementara Masyarakat atau Balsem, Mbok Warkem (65) berada di rumah kecilnya yang dibangun dari hasil gotong royong warga. Perempuan tua sebatang kara asal banyumas ini hanya bisa pasrah. Warga tidak terima dan menanyakan pada pemerintah setempat.
Mbok Warkem tinggal disebua rumah tapa MCK, desa Rempoah, kecamatan Batu Raden, Banyumas, Jateng. Ukuran rumahnya 4×6 meter. Hanya ada dapur dan tempat tidur. Rumah kecil itu di apit dua rumah warga.
Sehari-hari nenek yang ditinggal mati suami dan anaknya lima tahun lalu itu mencari kesibukan dengan mengumpulkan kayu bakar untuk makan, ia lebih sering mengandalkan uluran tangan warga. Kompensasinya, ia membersihkan rumah warga. Tapi kadang warga tidak tega hanya memberikan makanan tanpa kompensasi apapun.
Mbok Warkem tak bisa ikut antre Balsem karena tak memiliki Kartu Perlindungan Sosial (KPS). Padahal, ia terdata sebagai penerima beras miskin, Jamkesmas, dan BLT (Bantuan Langsung Tunai). Warga sekitar tidak terima dengan kondisi itu, mempertanyakan hal tersebut ke aparat desa setempat.
“Kadang sering bantu-bantu, kalau makan saya berikan sayur saja. Sedangkan nasi biasanya Mbok Warkem masak sendiri,” kata Sri Haryati, tetangga Mbok Warkem, kepada wartawan, Selasa (25/6/2013).
Ketua RT setempat Wahyono (44) mengatakan, di lingkungannya hanya ada 3 KK yang menerima KPS. Beberapa di antaranya bisa dibilang mampu. Sedangkan Mbok Warkem malah tidak dapat.
“Warga pada tanya, dia (Mbok Warkem) seharusnya dapat, karena punya hak sebagai warga negara,” kata Wahyono.
Warga mempertanyakan bagaimana survei dilakukan sehingga KPS bisa salah sasaran. Selain Mbok Warkem, menurut Wahyono, ada Romlah yang layak menerima KPS dan Balsem. Romlah adalah janda tua yang hidup hanya bersama cucunya dengan berjualan kecil-kecilan.
“Mereka (Mbok Warkem dan Romlah) tidak dapat (Balsem). Padahal biasanya mereka mendapatkan dari pemerintah seperti raskin, Jamkesmas, BLT,” jelasnya.
Sutarso, warga yang mendapatkan KPS, mengaku selama ini tidak pernah mendapatkan bantuan apapun dari pemerintah, tapi saat ini ia malah dapat KPS. “Dari dulu tidak pernah dapat bantuan,” katanya saat berada di rumah Mbok Warkem.
Pemerintah desa mengaku hanya mendapatkan data dari pusat. Pihaknya hanya membantu petugas PT Pos Indonesia untuk mengundang para warga yang menerima KPS. Total warga yang mendapatkan KPS atau Balsem berjumlah 511 KK.
“Data 511 KK ini juga total data penerima raskin, tapi Mbok Warkem malah tidak dapat,” kata Kaur Umum Desa Rempoah, Heri Lispriyono, saat dikonfirmasi wartawan.
Heri menjelaskan, seharusnya banyak warga yang menerima Balsem, tapi dia tak bisa mengusulkan. Sebab tiba-tiba data sudah datang dan dana harus segera dibagikan. Sayang, tidak ada nama Mbok Warkem atau Romlah di daftar itu.
Padahal dana bantuan sangat dibutuhkan Mbok Warkem. tapi kenapa masih saja Lalai terhadap orang-orang kecil?
Sumber: DetikNews.com
Baca juga kisah sedih lainnya Dosa Ibu terhadap Ibu
One thought on “Cerita Sedih Nenek Sebatang Kara”